Powered By Blogger

Minggu, 18 April 2010

BEGINI NASIB (revisi)

Oleh Marasudin Siregar

Hari Minggu. Aku tidak berangkat ke sekolah. Aku sedang di rumah. Karena sudah membantu ibu, aku bisa bermain. Aku bermain dengan teman-teman di sebuah rumah samping sungai.

“Dik, ayo bersepeda ke SD 2!”ajak Soleh.

“Ngapain ke sana,”jawabku.

“Ya volley-lah, kitakan belum olahraga!.”katanya.

“Betul juga katamu Leh,”aku setuju.

“Aku mau ambil sepeda dulu ya!”katanya.

“Ya sudahlah aku tunggu di sini!” jawabku.

Dari kejauhan kulihat Isan menuju ke arah sungai.

Setelah sampai dia menghentikan sepedanya di sampingku.

“Sedang ngapain Dik, di sini?” tanya dia.

“Nongkrong-nongkrong. Ya begitulah anak muda,” jawabku.

Kulihat Soleh sudah mengeluarkan sepedanya dari rumah.

”Leh, ayo kita volley, tadi Bagas mengajakku volley!”Isan mengajak.

“Ya mau, kalau ada temannya! “jawab Soleh.

“Ayo, Dik, kita ke sana !” ajak Soleh.

“Ayo……!” tanggapku.

Aku, Soleh dan Isan berangkat bersama-sama menuju ke sana. Tapi, Isan mengayuh sepedanya kencang sekali. Hingga aku dan Soleh tak dapat mengejarnya. Aku sampai tak dapat melihatnya lagi. Kami sampai di perempatann jalan. Di pinggir perempatan itu ada sebuah tempat duduk. Kami memarkirkan sepeda. Kami duduk-duduk di sana.

“Kita ajak Isal apa tidak Dik?”tanya Soleh.

“Nggak usah!”jawabku.

“Lha kenapa!”dia tanya lagi.

“Lagi males nih!”jawabku

Dari rumahnya ,Bagas keluar dan melihat kami berdua. Bagas adalah adik kelasku. Dia sangat akrab dengan semua teman. Tapi, kadang dia juga sangat menjengkelkan.

“Lagi ngapain, Gar?”tanya dia.

“Ya...jalan-jalan dong”kataku.

“Tadi aku bertemu dengan Pak Camat . Dia kuajak volley di SD 2. Kamu melihat perginya apa tidak?”tanya dia.

“Dia tadi bersepeda ke arah barat!” jawabku.

“Aku boleh pinjam sepedamu nggak, Leh?”tanya dia pada Soleh.

“Mau di bawa ke mana sepedaku?”dia tanya balik.

“Aku ingin mencari Pak Camat!”serunya.

Dia mengambil sepeda Soleh yang terparkir di depannya. Dia langsung menaikinya dan menuju ke sana. Dengan santainya dia menaiki sepeda. Dia menaikinya dengan satu tangan. Dia melewati jalan yang di tengah-tengah. Tiba-tiba,dia tidak dapat mengendalikan sepeda yang sedang nggreyol ke kanan-kiri itu. Ia arahkan sepedanya ke pinggir jalan. Dia juga tetap tidak dapat mengendalikannya. Akhirnya, sepeda makin ke arah samping. Sepedanya terjelungup dan terperosok ke got samping jalan. Dengan sekuat tenaganya. Ia menghentikan laju sepedanya. Tapi apa daya. Dia tak mampu menahannya.

Terlihat dari arah barat Mbah Min dengan motor bututnya melihat Bagas terjatuh.

“Mbah, aku bisa terbang!”serunya.

Dengan gaya kupu-kupu dia terbang ke sungai kecil yang penuh lumpur basah. Tapi, dia punya akal. Tangan kirinya menuju duluan ke tanah basah itu. Jadi, muka, wajah, hidung dan bibirnya tidak basah

“Aduh….!”katanya.

Dari kejauhan aku mendengar teriakannya. Sebaliknya, pada waktu yang bersamaan. Soleh sedang menghitung uang di sakunya dan menatanya dengan rapi.

“Lek,lek,lek, Bagas kenapa tuh?”kataku pada Soleh.

“Halah, baru hitung uang aja kok diganggu!”jawabnya.

“Beneran,lihat tuh…!”

“Kenapa dia, Ayo kita bantuin!”ajaknya.

Kami berdua lalu berlari ke sana. Saat itu juga Mbah Min langsung turun dari kendaraannya.

Belum sampai kami bertiga membantunya. Dia berusaha bangkit dari lilitan tanah yang menjebaknya. Dia berdiri dan mengangkat sepeda dengan dibantu Mbah Min.

“Aku tadi nggak bisa mengendalikan sepedanya, jadi aku terjatuh ke kalen!” katanya dengan sedikit tertawa.

Dia menuntun sepeda kembali ke rumahnya.

“Maafkan aku, Leh, akan kucuci sepedamu sampai bersih tak tersisa!”katanya.

“Ya, okelah,”jawab Soleh.

Diparkirkannya sepeda yang sudah tak ber-rupa lagi itu di depan kran air. Dia bersihkan sampai bersih sepeda itu. Dia kucurkan air dari kran. Dan sepeda basah kuyuh. Setelah bersih semuanya, dia serahkan sepeda pinjamannya pada sang pemiliknya.

“Sekali lagi maaf ya, Mun!”ujarnya.

“Nggak apa-apa, nggak apa-apa!”jawab Makmun.

Diambil sepedanya dari tangan Bagas dan disandarkan pada sebuah pohon kelapa di samping rumah Bagas.

"Ngeng, ngeng,….!”

Ada suara motor datang.

Maminya Bagas pulang. Dia tahu kalau Bagas mengotorkan sepeda. Dia memarahinya sepuas-puasnya.

“Jangan bicara dengan teman-teman ya, kalau aku begini!”kata Bagas.

“Jangan khawatir,”jawabku.

Tiba-tiba datang temanku yang lainnya. Dia menyangking sepeda ditangannya dan menuju rumah Mbah Yazid

Mbah Yazid adalah tukang tambal ban di desaku. Selain itu dia juga menjual pulsa di rumahnya. Dia memasrahkan sepedanya yang rusak entah kenapa pada sang embah. Dia tidak mau menunggui sepedanya sampai benar. Tapi dia ingin mengambil di sore hari.

Karena samping rumahya Mbah Yazid adalah rumahnya Bagas. Jadi, ikut ngobrol saja dia.

Pada waktu yang bersamaan . Bagas sedang mandi dan juga mencuci pakaiannya. Dan juga menjemurnya. Mak njedudul, Bagas keluar dari rumahnya.

Diambilkannya jajanan alias snack dari warungnya. Kami diberi permen karet dan permen biasa.

“Dik, ayo kita pulang!”ajak Makmun.

“Ayo!”jawabku.

Aku pulang dengan perut kenyang.

Alhamdulillah!”ujarku.

Rabu, 07 April 2010

BEGINI NASIB

Oleh: Marasudin Siregar

Hari Minggu. Aku tidak berangkat ke sekolah. Aku bermain dengan teman-teman di sebuah rumah samping sungai.

“Dik, ayo bersepeda ke SD 2!”ajak Soleh.

“Ngapain ke sana,”jawabku.

“Ya volley-lah, kitakan belum olahraga.”katanya.

“Betul juga katamu Leh,”aku setuju.

“Aku mau ambil sepeda dulu ya!”katanya.

“Ya sudahlah aku tunggu di sini!” jawabku.

Dari kejauhan kulihat Isan menuju ke arah sungai.

Setelah sampai dia menghentikan sepedanya di sampingku.

“Sedang ngapain dik, di sini?”tanya dia.

“Nongkrong-nongkrong. Ya gitulah anak muda,”jawabku.

Kulihat Soleh sudah mengeluarkan sepedanya dari rumah.

”Leh, ayo kita volley, tadi Bagas mengajakku volley !”Isan mengajak.

“Ya mau, kalau ada temannya! “jawab Soleh.

“Ayo dik, kita ke sana !” ajak Soleh.

“Ayo!” tanggapku.

Aku, Soleh dan Isan berangkat bersama-sama menuju lapangan. Tapi, Isan mengayuh sepedanya kencang sekali. Hingga aku dan Solehtak dapat mengejarnya. Aku sampai tak dapat melihatnya lagi.

Kami sampai di perempatann jalan, di desaku. Di piggir perempatan itu ada sebuah tempat duduk. Kami memarkirkan sepeda. Kami duduk-duduk di sana.

“Kita ajak Isal apa tidak dik?”tanyan Soleh.

“Nggak usah-lah!”jawabku.

“La kenapa!”dia tanya lagi.

“Lagi wegah nih!”jawabku

Dari rumahnya, Bagas keluar dan melihat kami berdua.

“Lagi ngapain Gar?”tanya dia.

“Ya...jalan-jalan dong”kataku.

“Tadi aku bertemu dengan Pak Camat . Dia kuajak volley di SD 2. Kamu melihat perginya apa tidak?”tanya dia.

“Dia tadi bersepeda ke arah Barat!” jawabku.

“Aku boleh pinjam sepedamu nggak Leh?”tanya dia pada Soleh.

“Mau ke bawa ke mana sepedaku?”dia tanya balik.

“Aku ingin mencari Pak Camat!”serunya.

Dia mengambilnya sepeda Soleh yang terparkir di depannya. Dia langsung menaikinya dan menuju ke sana. Dengan santainya dia menaiki sepeda . Dia menaikinya dengan satu tangan. Dia melewati jalan yang di tengah-tengah. Tiba-tiba,dia tidak dapat mengendalikan sepeda yang sedang nggreyol ke kanan-kiri itu. Ia arahkan sepedanya ke pinggir jalan. Dia juga tetap tidak dapat mengendalikannya. Akhirnya, sepeda semakin kearah samping.

Sepedanya terjelungup dan terperosok ke got samping jalan.

Dengan sekuat tenaganya. Ia menghentikan laju sepedanya. Tapi apa daya. Dia tak mampu menahannya.

Terlihat dari arah Barat. Mbah Min dengan motor bututnya melihat Bagas terjatuh.

“Mbah, aku bisa terbang!”serunya.

Dengan gaya kupu-kupunya dia terbang ke kalenan yang penuh lumpur basah. Tapi, dia punya akal. Tangan kirinya menuju duluan ke tanah basah itu. Jadi, muka, wajah, hidung dan bibirnya tidak basah

“Aduh….”katanya

Dari kejauhan aku mendengar teriakannya. Sebaliknya, pada waktu yang bersamaan. Soleh sedang menghitung uang di sakunya dan menatanya dengan rapi.

“Lek,lek,lek, Bagas kenapa tuh?”kataku pada Soleh.

“Halah, baru hitung uang aja kok di ganggu!”jawabnya.

“Beneran ,lihat tu…!”

“Kenapa dia, Ayo kita bantuin”ajaknya.

Kami berdua lalu berlari ke sana . Saat itu juga Mbah Min langsung turun dari kendaraannya.

Belum sampai kami bertiga membantunya. Dia berusaha bangkit dari lilitann tanah yang menjebaknya. Dia berdiri dan mengangkat sepeda dengan dibantu Mbah Min.

“Aku tadi nggak bisa mengendalikan sepedanya, jadi aku terjatuh ke kalen” katanya dengan sedikit tertawa.

Dia menuntun sepeda kembali ke rumahnya.

“Maafkan aku Leh, akan kucuci sepedamu sampai bersih tak tersisa!”katanya.

“Ya okelah,”jawab Soleh.

Diparkirkannya sepeda yang sudah tak ber-rupa lagi itu di depan kran air. Dia bersihkan sampai bersih sepeda itu. Dia kucurkan air dari kran. Dan sepeda basah kuyuh. Setelah bersih semuanya, dia serahkan sepeda pinjamannya pada sa g pemiliknya.

“Sekali lagi maaf ya Mun!”ujarnya.

“Nggak papa, nggak papa!”jawabku.

Diambil sepedanya dari tangan Bagas dan disendekkan pada sebuah pohon ke cil di samping rumah Bagas.

“Jangan bicara dengan teman-teman ya, kalau aku begini!”kata Bagas.

“Jangan khawatir,”jawabku.

Tiba-tiba datang temanku yang lainnya. DIa nmenyangkin sepeda ditangannya dan menukju rumah Mbah Yazid

Mbah Yazid adalah tukang tambal ban di cdesaku . Selain itu dia nbjuga menjual pulsa di rumahnya. .Dia memasrahkan sepedanya nyang rusah e ntah kenapa pada sang Embah. Dia tidak mau menunggui sepedanya sampai benar. Tapi dia ingin mengambil; din sore hari.

Karena samping rumah nya Mbah Yazid adalah rumahnya Bagas.Jadi ikut ngobrol saja dia padaku

Pada waktu yang bersamaan , Bagas sedang mandi dan juga mencucui pakaaiannya. Dan juga menjemurnya.

Mak mjedudul, Bagas keluar dari rumahnya.

Diambilkannya jajanan alias snek dari warungnya . Kami diberi permen karet dfan permen biasa.

“Dik, ayo kita pulang!”ajak Makmun.

“Ayo!”jawabku.

Aku pulang dengan perut kenyang.

“Alhamdulillah!”ujarku.

###