Powered By Blogger

Minggu, 18 April 2010

BEGINI NASIB (revisi)

Oleh Marasudin Siregar

Hari Minggu. Aku tidak berangkat ke sekolah. Aku sedang di rumah. Karena sudah membantu ibu, aku bisa bermain. Aku bermain dengan teman-teman di sebuah rumah samping sungai.

“Dik, ayo bersepeda ke SD 2!”ajak Soleh.

“Ngapain ke sana,”jawabku.

“Ya volley-lah, kitakan belum olahraga!.”katanya.

“Betul juga katamu Leh,”aku setuju.

“Aku mau ambil sepeda dulu ya!”katanya.

“Ya sudahlah aku tunggu di sini!” jawabku.

Dari kejauhan kulihat Isan menuju ke arah sungai.

Setelah sampai dia menghentikan sepedanya di sampingku.

“Sedang ngapain Dik, di sini?” tanya dia.

“Nongkrong-nongkrong. Ya begitulah anak muda,” jawabku.

Kulihat Soleh sudah mengeluarkan sepedanya dari rumah.

”Leh, ayo kita volley, tadi Bagas mengajakku volley!”Isan mengajak.

“Ya mau, kalau ada temannya! “jawab Soleh.

“Ayo, Dik, kita ke sana !” ajak Soleh.

“Ayo……!” tanggapku.

Aku, Soleh dan Isan berangkat bersama-sama menuju ke sana. Tapi, Isan mengayuh sepedanya kencang sekali. Hingga aku dan Soleh tak dapat mengejarnya. Aku sampai tak dapat melihatnya lagi. Kami sampai di perempatann jalan. Di pinggir perempatan itu ada sebuah tempat duduk. Kami memarkirkan sepeda. Kami duduk-duduk di sana.

“Kita ajak Isal apa tidak Dik?”tanya Soleh.

“Nggak usah!”jawabku.

“Lha kenapa!”dia tanya lagi.

“Lagi males nih!”jawabku

Dari rumahnya ,Bagas keluar dan melihat kami berdua. Bagas adalah adik kelasku. Dia sangat akrab dengan semua teman. Tapi, kadang dia juga sangat menjengkelkan.

“Lagi ngapain, Gar?”tanya dia.

“Ya...jalan-jalan dong”kataku.

“Tadi aku bertemu dengan Pak Camat . Dia kuajak volley di SD 2. Kamu melihat perginya apa tidak?”tanya dia.

“Dia tadi bersepeda ke arah barat!” jawabku.

“Aku boleh pinjam sepedamu nggak, Leh?”tanya dia pada Soleh.

“Mau di bawa ke mana sepedaku?”dia tanya balik.

“Aku ingin mencari Pak Camat!”serunya.

Dia mengambil sepeda Soleh yang terparkir di depannya. Dia langsung menaikinya dan menuju ke sana. Dengan santainya dia menaiki sepeda. Dia menaikinya dengan satu tangan. Dia melewati jalan yang di tengah-tengah. Tiba-tiba,dia tidak dapat mengendalikan sepeda yang sedang nggreyol ke kanan-kiri itu. Ia arahkan sepedanya ke pinggir jalan. Dia juga tetap tidak dapat mengendalikannya. Akhirnya, sepeda makin ke arah samping. Sepedanya terjelungup dan terperosok ke got samping jalan. Dengan sekuat tenaganya. Ia menghentikan laju sepedanya. Tapi apa daya. Dia tak mampu menahannya.

Terlihat dari arah barat Mbah Min dengan motor bututnya melihat Bagas terjatuh.

“Mbah, aku bisa terbang!”serunya.

Dengan gaya kupu-kupu dia terbang ke sungai kecil yang penuh lumpur basah. Tapi, dia punya akal. Tangan kirinya menuju duluan ke tanah basah itu. Jadi, muka, wajah, hidung dan bibirnya tidak basah

“Aduh….!”katanya.

Dari kejauhan aku mendengar teriakannya. Sebaliknya, pada waktu yang bersamaan. Soleh sedang menghitung uang di sakunya dan menatanya dengan rapi.

“Lek,lek,lek, Bagas kenapa tuh?”kataku pada Soleh.

“Halah, baru hitung uang aja kok diganggu!”jawabnya.

“Beneran,lihat tuh…!”

“Kenapa dia, Ayo kita bantuin!”ajaknya.

Kami berdua lalu berlari ke sana. Saat itu juga Mbah Min langsung turun dari kendaraannya.

Belum sampai kami bertiga membantunya. Dia berusaha bangkit dari lilitan tanah yang menjebaknya. Dia berdiri dan mengangkat sepeda dengan dibantu Mbah Min.

“Aku tadi nggak bisa mengendalikan sepedanya, jadi aku terjatuh ke kalen!” katanya dengan sedikit tertawa.

Dia menuntun sepeda kembali ke rumahnya.

“Maafkan aku, Leh, akan kucuci sepedamu sampai bersih tak tersisa!”katanya.

“Ya, okelah,”jawab Soleh.

Diparkirkannya sepeda yang sudah tak ber-rupa lagi itu di depan kran air. Dia bersihkan sampai bersih sepeda itu. Dia kucurkan air dari kran. Dan sepeda basah kuyuh. Setelah bersih semuanya, dia serahkan sepeda pinjamannya pada sang pemiliknya.

“Sekali lagi maaf ya, Mun!”ujarnya.

“Nggak apa-apa, nggak apa-apa!”jawab Makmun.

Diambil sepedanya dari tangan Bagas dan disandarkan pada sebuah pohon kelapa di samping rumah Bagas.

"Ngeng, ngeng,….!”

Ada suara motor datang.

Maminya Bagas pulang. Dia tahu kalau Bagas mengotorkan sepeda. Dia memarahinya sepuas-puasnya.

“Jangan bicara dengan teman-teman ya, kalau aku begini!”kata Bagas.

“Jangan khawatir,”jawabku.

Tiba-tiba datang temanku yang lainnya. Dia menyangking sepeda ditangannya dan menuju rumah Mbah Yazid

Mbah Yazid adalah tukang tambal ban di desaku. Selain itu dia juga menjual pulsa di rumahnya. Dia memasrahkan sepedanya yang rusak entah kenapa pada sang embah. Dia tidak mau menunggui sepedanya sampai benar. Tapi dia ingin mengambil di sore hari.

Karena samping rumahya Mbah Yazid adalah rumahnya Bagas. Jadi, ikut ngobrol saja dia.

Pada waktu yang bersamaan . Bagas sedang mandi dan juga mencuci pakaiannya. Dan juga menjemurnya. Mak njedudul, Bagas keluar dari rumahnya.

Diambilkannya jajanan alias snack dari warungnya. Kami diberi permen karet dan permen biasa.

“Dik, ayo kita pulang!”ajak Makmun.

“Ayo!”jawabku.

Aku pulang dengan perut kenyang.

Alhamdulillah!”ujarku.

Rabu, 07 April 2010

BEGINI NASIB

Oleh: Marasudin Siregar

Hari Minggu. Aku tidak berangkat ke sekolah. Aku bermain dengan teman-teman di sebuah rumah samping sungai.

“Dik, ayo bersepeda ke SD 2!”ajak Soleh.

“Ngapain ke sana,”jawabku.

“Ya volley-lah, kitakan belum olahraga.”katanya.

“Betul juga katamu Leh,”aku setuju.

“Aku mau ambil sepeda dulu ya!”katanya.

“Ya sudahlah aku tunggu di sini!” jawabku.

Dari kejauhan kulihat Isan menuju ke arah sungai.

Setelah sampai dia menghentikan sepedanya di sampingku.

“Sedang ngapain dik, di sini?”tanya dia.

“Nongkrong-nongkrong. Ya gitulah anak muda,”jawabku.

Kulihat Soleh sudah mengeluarkan sepedanya dari rumah.

”Leh, ayo kita volley, tadi Bagas mengajakku volley !”Isan mengajak.

“Ya mau, kalau ada temannya! “jawab Soleh.

“Ayo dik, kita ke sana !” ajak Soleh.

“Ayo!” tanggapku.

Aku, Soleh dan Isan berangkat bersama-sama menuju lapangan. Tapi, Isan mengayuh sepedanya kencang sekali. Hingga aku dan Solehtak dapat mengejarnya. Aku sampai tak dapat melihatnya lagi.

Kami sampai di perempatann jalan, di desaku. Di piggir perempatan itu ada sebuah tempat duduk. Kami memarkirkan sepeda. Kami duduk-duduk di sana.

“Kita ajak Isal apa tidak dik?”tanyan Soleh.

“Nggak usah-lah!”jawabku.

“La kenapa!”dia tanya lagi.

“Lagi wegah nih!”jawabku

Dari rumahnya, Bagas keluar dan melihat kami berdua.

“Lagi ngapain Gar?”tanya dia.

“Ya...jalan-jalan dong”kataku.

“Tadi aku bertemu dengan Pak Camat . Dia kuajak volley di SD 2. Kamu melihat perginya apa tidak?”tanya dia.

“Dia tadi bersepeda ke arah Barat!” jawabku.

“Aku boleh pinjam sepedamu nggak Leh?”tanya dia pada Soleh.

“Mau ke bawa ke mana sepedaku?”dia tanya balik.

“Aku ingin mencari Pak Camat!”serunya.

Dia mengambilnya sepeda Soleh yang terparkir di depannya. Dia langsung menaikinya dan menuju ke sana. Dengan santainya dia menaiki sepeda . Dia menaikinya dengan satu tangan. Dia melewati jalan yang di tengah-tengah. Tiba-tiba,dia tidak dapat mengendalikan sepeda yang sedang nggreyol ke kanan-kiri itu. Ia arahkan sepedanya ke pinggir jalan. Dia juga tetap tidak dapat mengendalikannya. Akhirnya, sepeda semakin kearah samping.

Sepedanya terjelungup dan terperosok ke got samping jalan.

Dengan sekuat tenaganya. Ia menghentikan laju sepedanya. Tapi apa daya. Dia tak mampu menahannya.

Terlihat dari arah Barat. Mbah Min dengan motor bututnya melihat Bagas terjatuh.

“Mbah, aku bisa terbang!”serunya.

Dengan gaya kupu-kupunya dia terbang ke kalenan yang penuh lumpur basah. Tapi, dia punya akal. Tangan kirinya menuju duluan ke tanah basah itu. Jadi, muka, wajah, hidung dan bibirnya tidak basah

“Aduh….”katanya

Dari kejauhan aku mendengar teriakannya. Sebaliknya, pada waktu yang bersamaan. Soleh sedang menghitung uang di sakunya dan menatanya dengan rapi.

“Lek,lek,lek, Bagas kenapa tuh?”kataku pada Soleh.

“Halah, baru hitung uang aja kok di ganggu!”jawabnya.

“Beneran ,lihat tu…!”

“Kenapa dia, Ayo kita bantuin”ajaknya.

Kami berdua lalu berlari ke sana . Saat itu juga Mbah Min langsung turun dari kendaraannya.

Belum sampai kami bertiga membantunya. Dia berusaha bangkit dari lilitann tanah yang menjebaknya. Dia berdiri dan mengangkat sepeda dengan dibantu Mbah Min.

“Aku tadi nggak bisa mengendalikan sepedanya, jadi aku terjatuh ke kalen” katanya dengan sedikit tertawa.

Dia menuntun sepeda kembali ke rumahnya.

“Maafkan aku Leh, akan kucuci sepedamu sampai bersih tak tersisa!”katanya.

“Ya okelah,”jawab Soleh.

Diparkirkannya sepeda yang sudah tak ber-rupa lagi itu di depan kran air. Dia bersihkan sampai bersih sepeda itu. Dia kucurkan air dari kran. Dan sepeda basah kuyuh. Setelah bersih semuanya, dia serahkan sepeda pinjamannya pada sa g pemiliknya.

“Sekali lagi maaf ya Mun!”ujarnya.

“Nggak papa, nggak papa!”jawabku.

Diambil sepedanya dari tangan Bagas dan disendekkan pada sebuah pohon ke cil di samping rumah Bagas.

“Jangan bicara dengan teman-teman ya, kalau aku begini!”kata Bagas.

“Jangan khawatir,”jawabku.

Tiba-tiba datang temanku yang lainnya. DIa nmenyangkin sepeda ditangannya dan menukju rumah Mbah Yazid

Mbah Yazid adalah tukang tambal ban di cdesaku . Selain itu dia nbjuga menjual pulsa di rumahnya. .Dia memasrahkan sepedanya nyang rusah e ntah kenapa pada sang Embah. Dia tidak mau menunggui sepedanya sampai benar. Tapi dia ingin mengambil; din sore hari.

Karena samping rumah nya Mbah Yazid adalah rumahnya Bagas.Jadi ikut ngobrol saja dia padaku

Pada waktu yang bersamaan , Bagas sedang mandi dan juga mencucui pakaaiannya. Dan juga menjemurnya.

Mak mjedudul, Bagas keluar dari rumahnya.

Diambilkannya jajanan alias snek dari warungnya . Kami diberi permen karet dfan permen biasa.

“Dik, ayo kita pulang!”ajak Makmun.

“Ayo!”jawabku.

Aku pulang dengan perut kenyang.

“Alhamdulillah!”ujarku.

###


Rabu, 17 Maret 2010

revisi cerpen tak sengaja

TAK SENGAJA

Karya oleh : Marasudin Siregar

Allahu akbar, Allahu akbar. Aku mendengar azan dari musholla samping sekolahku.

Anak-anak, pelajaran cukup sekian dulu. Sekarang bisa berkemas-kemas,”ujar Pak Roni.
“Ya Pak,”kami menjawab serentak.
“Bisa disiapkan,”kata beliau.
“Siap grak, berdoa mulai,”ketua kelas menyiapkan.
Kami berdoa bersama-sama.

Ayo Kang Rega, Kita pulang!”kata Burhan.
“Halah, lagi enak nih lihat volley,” ujarku.
“Kita sudah ditunggu Mbak Qoni` tuh!”katanya.
“Yalah kita pulang”ujarku.

Aku turuni tangga kelasku. Aku lewati paving-paving di pinggir lapangan sekolah menuju tempat parkir sepedaku. Aku naiki dan kukayuh sepedaku perlahan-lahan.
“Hati-hati Gar di jalan!”ujar Kang Jas.
“Oke kang, kamu juga hati-hati.”kataku
.

Aku pulang bersama Kang Bur. Aku kayuh sepedaku dengan santai, biasa saja dan tidak kebut-kebutan. Akhirnya, sampai juga kami di persimpangan jalan antara rumahku dan Kang Bur.


“Asalamualaikum” kataku.
“Waalaikum salam” jawabnya.

Kemudian, kami berpisah di situ dan melewati jalan kami masing-masing, kerumah.

“Sendirian lagi deh!”kataku dalam hati.

Tak terasa sudah kulewati Desa Trisari, sawah-sawah dikiri kanan jalan, sungai yang mengalir didalamnya air yang sangat jernih sampai-sampai ikan yang disana kelihatan, Dukuh Ngetuk dan sampai juga di desaku.

Aku mulai melihat rumahku dari kejauhan. Aku membelokan sepedaku ke jembatan serta melewatinya. Dua tiga kayuhan aku sampai juga di rumah.

“Assalamualaikum! Bu, aku pulang” seruku dari depan rumah.
“Waalaikum salam” jawab ibu dari dalam rumah.

Kuparkirkan sepedaku di samping rumahku. Aku mulai turun dan kulangkahkan kedua kakiku memasuki rumah tercintaku. Aku lepaskan sepatu dan dua kaos kakiku. Serta ku taruh ditempatnya masing-masing. Tas juga. Kucari ibuku dan kudapatkan dia sedang memasak. Aku bersalaman dengannya. Langsung kutuju meja makan dan kubuka tutup nasi. Kulihat di sana ada ayam goreng yang masih hangat. Tak kurasa air liyurku jatuh ke seragam.

”Tes,tes,tes,”bunyi air liurku

”Apa ini kok dingin-dingin di celana”tanyaku dalam hati.

”Oh, air liur,”

Karna sangat laparnya diriku. Langsung kuambil nasi satu piring penuh. Tak lupa tempe, telur, tahu serta ayam goreng kuambil. Setelah habis, betapa kenyangnya diriku.

“Enak, enak, enak”ujarku.

Aku menuju kamar dan mengganti seragam dengan pakaian biasa. Aku tidur-tiduran di sana. Hingga rasa lelah hilag. Selang beberapa menit, kubuka mataku lebar-lebar.

“Haaa,”jam lima kataku terkejut.
“Cepat sana ambil air”,suruh ibuku.

Aku berlari menuju sungai di samping rumahku. Disana aku melihat seseorang. Aku menatapinya dan ternyata ia adalah Makmun.

“Dik, sudahkah kamu sholat?”tanya dia.
“Belum, apalagi sholat wudlupun belum”
“Setelah sholat, ayo kita bermain bola di lapangan!”aja Makmun.

Aku setuju dengan ajakannya. Aku lekas wudlu dan pulang ke rumah.

Sehabis sholat aku lekas pergi ke lapanagan. Di sana banyak sekali teman-teman yang menugguku.

“Lama banget kamu ke sini?”tanya Inul.
“Maaf, aku baru saja pulang sekolah.”jawabku.
“Ayo kita mulai pertandingan!”ajak Subur.
“Ayo…. “kami serentak menjawab.

Lapangan kami ini sangat lucu. Gawangnya ada di sebelah Timur. Sedangkan yang kedua ada di Selatan.

Timku ada 8 orang. Aku, Makmun dan Soni sebagai penyerang. Aku di sayap kanan, Soni di sayap kiri dan Makmun di tengah. Pahrul jadi bek, dan Subur jadi kipper.

“Tit,tit,tit!”bunyi peluit ditiup oleh wasit.
“Ayo uperkan!”ujarku.

Kami melakukan uperan. Kami langsung menempatkan posisi masing-masing. Sayang, aku tak mendapatkan bola sama sekali waktu itu. Kesabaranku habis. Berlari kesana tidak dapat bola. Berlari ke sini juga sama.
”Kalau begini terus, se-tahun aku tak-kan dapat bola.!”kataku
Aku putuskan untuk merebut bola sendiri. Tapi kalau yang membawa bola timku sediri ya tidak kuserang.



“Ha…itu ada mangsa kuserang saja dia!”ujarku.

Aku berlari menuju dia. Kusambar saja dia mumpung sedang lengah. Kuambil bola di kakinya. Dan aku giring bola di kakiku menuju gawang. Kucoba melewati pemain lawan yang menyerangku. Akhirnya, tinggal aku dan si-kiper yang menjaga gawangnya di depanku.

Tiba-tiba aku dengar suara “Oper sini Gar!”

Tapi tak kuperdulikan perkataannya. Terus saja bola ini aku giring. Dan aku putuskan mencetak sendiri gol kita. Aku tendang bola keras-keras. Sayang sekali, bola melenceng ke kiri dan ke luar lapangan.

“Syukurin, tidak gol. Hu... mandol”ejek Mukib.

Mukib dan teman-temannya menertawaiku sepuasnya. Dia mengejekku dengan menunjukkan bokongnya yang besar itu ke mukaku. Tak cukup itu, dia mengejarku dan melakukannya itu lagi. Alhasil, bom nuklirnya meledak seketika itu juga.

”Duel,”suaranya mengejutkan kami semua.

”Ooo Mukib,”seru temanku semuanya.

Aku tersipu malu mendengar ucapannya. Dalam hatiku aku bertekad akan kutunjukkan bahwa aku bisa.

Permainan dimulai kembali. Aku menyerang lawan yang sedang membawa bola. Walaupun sulit memang mengambil bola di kakinya. Tapi terus kucoba dan kucoba.
Dan kudapatkan juga bola itu.

“Trima kasihya atas bolanya!”ujarku.

Aku berlari kencang ke depan gawang. Bahkan aku di depan kipper persis. Kurang dari satu meter di depannya. Aku tendang bola keras-keras tanpa kuarah bola itu ke mana terbangnya. Kejadian besarpun terjadi. Bolanya terkena wajah si-kiper, bibirnya ndower dan lebih parahnya lagi giginya berdarah. Dia menangis.

“Maafkan aku ya! Aku tak sengaja melakukannya”kataku coba menenangkannya.
“Ha, ha, ha!”dia tetap menangis.

Sesekali kucoba menenangkannya lagi. Dan dari saat itu aku tak berani jadi penyerang.

“Jadi bek lebih baik daripada aku harus menyakiti orang lain”kataku dalam hati.

Pertandingan berakhir. Aku pulang ke rumah untuk mengambil handuk dan peralatan mandi . Aku pergi ke sungai di samping rumahku untuk membersihkan badan dari keringat.

Kejadian itu masih terpikir dalam otakku. Aku menyesal melakukannya. Tapi benar-benar aku tidak sengaja.

# # #


Kamis, 11 Maret 2010

TAK SENGAJA

Karya oleh : Marasudin Siregar

Allahu akbar, allahu akbar. Aku mendengar adzan dari musholla samping sekolahku.
“Anak-anak, pelajaran cukup sekian dulu. Sekarang bisa berkemas-kemas.”ujar Pak Roni.
“Ya pak”kami menjawab serentak.
“Bisa disiapkan.”kata beliau.
“Siap grak, berdo`a mulai”ketua kelas menyiapkan.
Kami berdo`a bersama-sama.

Ayo Kang Rega, Kita pulang”kata Burhan.
“Halah, lagi enak nih lihat volley”ujarku.
“Kita sudah ditunggu Mbak Qoni` tuh.!”katanya.
“Yalah kita pulang”ujarku.

Aku turuni tangga kelasku. Aku lewati paing-paving di pinggir lapangan sekolah menuju tempat parker sepedaku. Aku naiki dan kukayuh sepedaku perlahan-lahan.

“Hati-hati Gar di jalan”ujar Kang Jas.
“Oke kang, kamu juga hati-hati.”kataku.

Aku pulang bersama Kang Bur. Aku lewati jalan-jalan menuju rumahku. Aku kayuh sepedaku dengan santai biasa saja dan tidak kebut-kebutan. Akhirnya, sampai juga kami di persimpangan jalan antara rumahku dan kang bur.

“asalamualaikum” kataku.

“wa`alaikum salam” jawabnya.

Kemudian, kami berpisah dan melewati jalan kami masing-masing, kerumah.

“ sendirian lagi deh” kataku dalam hati.

Tak terasa sudah kulewati desa trisari, sawah-sawah dikiri kanan jalan, sungai yang mengalir didalamnya air yang sangat jernih sampai-sampai ikan yang disana kelihatan, dukuh ngetuk dan sanpai juga di desaku.

Aku mulai melihat rumahku dari kejauhan. Aku membelokan sepedaku kejembatan dan melewatinya. Dua tiga kayuhan aku sampai juga di rumah.

“assalamualaikum! Bu, aku pulang” seruku dari depan rumah.
“Waalaikum salam” jawab ibu dari dalam rumah.

Kuparkirkan sepedaku di samping rumah. . Aku mulai turun dan kulangkahkan kakiku memasuki rumah. Aku lepaskan sepatu dan dua kaos kakiku. Serta ku taruh ditempatnya. Tas juga. Kucari ibuku dan kudapatkan sedang memasak. Aku bersalaman dengannya. Langsung kutuju meja makan dan kubuka tutup nasi. Kulihat di sana ada ayam goreng yang masih hangat. Tak kurasa air liyurku jatuh karma sangat laparnya diriku. Kuambil nasi satu piring penuh. Tak lupa tempe, telur tahu serta ayam goreng kuambil. Setelah habis, betapa kenyangnya diriku..

“Enak, enak, enak”ujarku.

Aku menuju kamar dan mengganti seragam dengan pakaian biasa. Aku tidur-tiduran di kamarku.Hingga rasa lelah. selang beberapa menit ,kubuka maataku lebar-lebar dan bangun dari tidurku.

“Haaa”,jam lima kataku terkejut.

“Cepat sana ambil air”,suruh ibuku.

Aku berlari menuju sungai di samping rumahku disana akumelihat seseorang.Aku menatapinya dan ternyata ia adalah makmun.

“Dik, sudahkah kamu sholat”,Tanya dia.

“Belum,apalagi sholat wudlupun belum”

“Setelah sholat,ayo kita bermain bola din lapangan”,ajakan makmun.

Aku setuju dengan ajakannya.Aku lekas wudlu dan pulang ke rumah.

Sehabis sholat aku lekas pergi ke lapanagan. Di sana banyak sekali teman-teman yang menugguku.

“Lama banget kamu ke sini?”Tanya Inul.
“Maaf, aku baru saja pulang sekolah.”jawabku.
“Ayo kita mulai pertandingan!”ajak Subur.
“Ayo…. “Kami serentak menjawab.

Lapangan kami ini sangat lucu. Gawangnya ada di sebelah timur. Sedangkan yang kedua ada di selatan.

Timku ada 8 orang. Aku, Makmun dan Soni sebagai penyerang. Aku di sayap kanan, Soni di sayap kiri dan Makmun di tengah. Pahrul jadi bek, dan Subur jadi kipper.

“Tit,tit,tit!”bunyi peluit ditiup oleh wasit.

“Ayo uperkan!”ujarku.

Kami melakukan uperan. Kami langsung menempatkan posisin masing-masing. Sayang, aku tak mendapatkan bola sama sekali waktu itu. Kesabaranku habis. Berlari kesana tidak dapat bola. Berlari ke sini juga sama.
”Kalau begini terus, se-tahun aku tak-kan dapat bola.!”kataku
Aku putuskan untuk jadi penyerang. Tapi kalau yang membawa bola timku sediri ya tidak ku serang.


“Ha…itu ada mangsa kuserang saja dia!”ujarku.

Aku berlari menuju dia. Kusambar saja dia mumpung sedang lengah. Kuambil bola di kakinya. Dan aku giring bola di kakiku menuju gawang. Kucoba melewati pemain lawan yang menyerangku. Akhirnya, tinggal aku dan si-kiper yang menjaga gawangnya di depanku.

Tiba-tiba aku dengar suara “Oper sini Gar!”

Tapi tak kuperdulikan perkataannya. Terus saja bola ini aku giring. Dan aku putuskan mencetak sendiri gol kita. Aku tendang bola keras-keras. Sayang sekali, Bola melenceng ke kiri dan ke luar lapangan.

“Syukurin, tidak gol. Hu mandol”ejek temanku. .

Aku tersipu malu mendengar ucapannya. Dalam hatiku aku bertekad akan kutunjukkan bahwa aku bisa.

Permainan dimulai kembali. Aku menyerang lawan yang sedang membawa bola. Walaupun sulit memang mengambil bola di kakinya. Tapi terus kucoba dan kucoba..
Dan kudapatkan juga bola itu.

“Trima kasihya atas bolanya!”ujarku.

Aku berlari kencang ke depan gawang. Bahkan aku di depan kipper persis. Kurang dari satu meter di depannya. Aku tendang bola keras-keras tanpa kuarah bola itu ke mana terbangnya. Kejadian besarpun terjadi. Bolanya terkena wajah si-kiper dan lebih parahnya lagi giginya berdarah. Dia menangis.

“Maafkan aku ya! Aku tak sengajamelakukannya”kataku coba menenangkannya.

“Ha, ha, ha!”dia tetap menangis.

Sesekali kucoba menenangkannya lagi. Dan dari saat itu aku tak berani jadi penyerang.

“Jadi bek lebih baik daripada aku harus menyakiti orang lain’kataku dalam hati.

Pertandingan berakhir. Aku pulang ke rumah untuk mengambil handuk dan peralatan mandi . Aku pergi ke sungai di samping rumahku untuk membersihkan badan dari keringat.

Kejadian itu masih terpikir dalam otakku. Aku menyesal melakukannya. Tapi benar-benar aku tidak sengaja.


$ $ $

Jumat, 26 Februari 2010

Kotor Yang Menyenangkan (Revisi)

Karya:Marasudin Siregar
Hari ini, hari yang cerah sekali. Matahari tersenyum manis kepada ku. Kulangkahkan kakiku setapak demi setapak melewati jalan yang penuh genangan air di sana-sini. Saat berangkat sekolah, aku memilih jalan yang ada rumputnya.

Aku berangkat ke sekolah bersama 2 saudara sepupuku. Namanya Makmun dan Mabrur. Rumahnya di belakang rumahku. Mereka selalu menghampiri rumahku setiap berangkat ke sekolah. Mereka menungguku di depan rumah. Aku juga bersama adikku, Lia namanya.

“Assalamu`alaikum”ku-ucapkan salam kepada kedua orang tuaku.

Mereka menjawab,”Wa`alaikum salam”.

Aku berangkat sekolah bersama-sama. Sampai di tengah jalan aku bertemu dengan teman sekelasku. Namanya Soni dan Tri. Kami semuanya berangkat bersama-sama. Kulihat sekolahku sudah tampak dari kejauhan. Kami semakin mendekat dan mendekat. Tak terasa kami sudah memasuki gerbang sekolah. Aku juga melihat teman-temanku berbondong-bondong ke sekolah.
* * *
Sebelum kami memasuki ruang kelas. Kami harus melewati lapangan terlebih dahulu. Lapangan sekolah kami sangat luas. Bahkan lebih luas dari lapangan di kampungku.

Aku melewati jalan di samping lapangan yang terbuat dari paving. Di ujung utara lapangan, terdapat gawang yang tiangnya bengkong. Dan di ujung selatan gawang ada tiang gawang juga. Setelah melewati lapangan, kami langsung masuk ke kelas. Ternyata teman-temanku sudah berangkat semua. Kami menaruh tas di atas meja. Tet…tet…tet…. Bel berbunyi tanda masuk.

“Belum duduk sudah bel”kataku.

“Ya nggak apa-apa, kita-kan memang berangkat agak terlambat”tanggap Makmun.

Kami murid kelas 5, laki-laki dan perempuan tanpa terkecuali ke luar kelas untuk berbaris. Ketua kelas lalu meyiapkan teman-teman.

“Siaaaap grak”intruksinya. Setelah barisan rapi, ketua memperbolehkan masuk dan bersalaman dengan Bu Lastri. Bu Lastri masuk ke kelasku karena menggantikan guru olahraga yang tidak masuk. Kami lalu duduk di kursi masing-masing. Dan kami berdo`a bersama-sama sebelum memulai pelajaran.

“Selamat pagi murid-mirid!”kata bu guru.

Murid-murid serentak menjawab,”Selamat pagi bu guru!.”
Beliau lalu menerangkan sebentar kepada kami tentang kesehatan.

“Mungkin cukup sekian apa yang ibu sampaikan, kalian boleh olahraga”kata bu guru.

Setelah bu guru ke luar kelas. Kami mengganti seragam pramukan dengan seragam olah raga. Setelah itu, kami berlari ke kantor guru untuk mengambil bola. Kantor guru terletak di samping kelas 1. Di kantor banyak sekali bola. Ada bola sepak, bola volley, bola takraw dan bola kasti.

”Salamu`alaikum Pak, mau ambil bola.”kataku.

Pak guru menjawab,”ya, silakan”.

Aku berkata,”Teman-teman kita mengambil bola apa”.

“Mengambil bola sepak saja” jawab temanku.

“Ya okelah kalau begitu”kataku.

Bola ini kubawa ke lapangan. Lalu kami membagi teman-teman menjadi 2 kelompok. Kelompok satu gawangnya di utara, sedangkan kelompok 2 di selatan. Lalu kelompok ini melakukan suit dan kelompokku menang suit. Jadi, aku memainkan bola terlebih dahulu.

Pertandingan pun dimulai. Aku mengoperkan bola ke temanku. Namanya Eko. Dan dia mengoperkan kepadaku lagi. Lalu aku berlari sekencang mungkin menuju ke depan gawang. Tapi, di sana aku bertemu dengan Mupet yang telah nsiap menghadangku. Jadi, kutendang saja bola ini ke Soni.

“Son, terima bolaku ini!”seruku.

“Oke bos, akan ku cetak Gol kita!”Jawab Soni.

Dia menerima bola dariku dan menendangnya keras sekali. Bola itu meluncur bagaikan bedil yang ditembakkan oleh ABRI, dan melewati kaki si kipper. Apa yang terjadi! Ternyata goool. Timku mencetak skor 1-0.

“Gimana ini, kita kebobolan bola”Tanya Farit.

Amar menjawab,”Sabar kapten, yang penting kita tidak curang dan sportif!”

“Betul juga katamu Amar.”kata Farit.

Tim lawan lalu bangkit dan melakukan beberapa tendangan yang dapat mengancam gawang timku. Karena su-kiperku hebat, tak ada satupun bola yang dapat masuk gawang. Hasil akhir pertandingan adalah 5-0 dengan pemenangnya adalah timku.

Dikarenakan kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Tak terasa baju kami semua kotor. Tapi, kami menikmati ini semua. Kami sudah merasa lelah dan kamipun mengakhiri pertandingan.
* * *

Rabu, 24 Februari 2010

cerpen ku

Kotor Yang Menyenangkan

Karya:Marasudin Siregar

Hari ini, hari yang cerah sekali. Matahari tersenyum manis kepada ku. Kulangkahkan kakiku setapak demi setapak melewati jalan yang penuh genangan air di sana-sini. Perlahan tapi pasti aku lalui.

Aku berangkat ke sekolah bersama 2saudara sepupuku. Dia selalu menghampiri rumahku setiap berangkat ke sekolah. Aku juga bersama adikku, Lia namanya. “Assalamu`alaikum”ku-ucapkan salam kepada kedua orang tuaku. Mereka menjawab,”Wa`alaikum salam”.

Di tengah jalan aku bertemu dengan teman sekelasku. Namanya Soni dan Tri. Kami semuanya berangkat bersama-sama. Kulihat sekolahku sudah tampak dari kejauhan. Kami semakin mendekat dan mendekat. Tak terasa kami sudah memasuki gerbang sekolah.

* * *

Sebelum kami memasuki ruang kelas,kami harus melewati lapangan terlebih dahulu. Ya-iyalah. Lapangan sekolahku sangat becek, karena kemarin sore turun hujan.

Setelah melewati lapangan, kami langsung masuk ke kelas. Kami menaruh tas di atas meja. Tet…tet…tet…. Bel berbunyi tanda masuk. Kami murid kelas 5, laki-laki dan perempuan tanpa terkecuali ke luar kelas untuk berbaris. Ketua kelas lalu meyiapkan teman-teman. “Siaaaap grak”intruksinya. Setelah barisan rapi, ketua memperbolehkan masuk dan bersalaman dengan Bu Lastri. Bu Lastri masuk ke kelasku karena MENGGANTIKAN GURU OLAHRAGA YANG TIDAK MASUK. Kami lalu duduk di kursi masing-masing. Dan kami berdo`a bersama-sama sebelum memulai pelajaran. “Selamat pagi murid-mirid!”kata bu guru. Murid_murid serentak menjawab,”Selamat pagi bu guru.” Beliau lalu menerangkan sebentar kepada kami tentang kesehatan.

“Mungkin cukup sekian apa yang ibu sampaikan, kalian boleh olahraga”kata bu guru. Kami berlari ke kantor guru untuk mengambil bola. Kantor guru terletak di samping kelas 1. Di kantor banyak sekali bola. Ada bola sepak, bola volley, bola takraw dan bola kasti. Aku berkata,”Teman-teman kita mengambil bola apa”. “Mengambil bola sepak saja” jawab temanku. “Ya okelah kalau begitu”kataku.

Bola ini kubawa ke lapangan. Lalu kami membagi teman-teman menjadi 2 kelompok. Kelompok satu gawangnya di utara, sedangkan kelompok 2 di selatan. Lalu kelompok ini melakukan suit dan kelompokku menang suit. Jadi, aku memainkan bola terlebih dahulu.

Aku melakukan oper ke temanku. Namanya Eko. Dan dia melakukan operkepadaku lagi. Lalu aku berlari sekencang mungkin menuju ke depan gawang. Tapi, di sana aku bertemu dengan Mupet yang telah nsiap menghadangku. Jadi, kutendang saja bola ini ke Soni. “Son, terima bolaku ini!”seruku. “Oke bos, akan ku cetak Gol kita!”Jawab Soni. Dia menerima bola dariku dan menendangnya keras sekali. Bola itu meluncur bagaikan bedil yang ditembakkan oleh ABRI, dan melewati kaki si kipper. Apa yang terjadi! Ternyata goool. Timku mencetak skor 1-0. “Gimana ini, kita kebobolan bola”Tanya Farit. Amar menjawab,”Sabar kapten, yang penting kita tidak curang dan sportif!” “Betul juga katamu Amar.”kata Farit. Tim lawan lalu bangkit dan melakukan beberapa tendangan yang dapat mengancam gawang timku. Karena su-kiperku hebat, tak ada satupun bola yang dapat masuk gawang. Hasil akhir pertandingan adalah 5-0 dengan pemenangnya adalah timku.

Dikarenakan kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Tak terasa baju kami semua kotor. Tapi, kami menikmati ini semua. Kami sudah merasa lelah dan kamipun mengakhiri pertandingan.

* * *